Kisah Kadek Sriari, Pekerja Migran asal Tampaksiring, Gianyar yang Dipulangkan Akibat Konflik di Lebanon

1 month ago 3
ARTICLE AD BOX
GIANYAR, NusaBali - Ni Kadek Sriari,21, tiba dengan selamat di kediamannya Banjar Belusung Kaja, Desa Pejeng Kaja, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Selasa (8/10) malam. Dek Sri sapaan akrabnya, merupakan salah satu dari tiga (3) krama Bali yang berhasil dipulangkan ke Tanah Air dari Lebanon. 

Dek Sri bersyukur sekaligus lega akhirnya berhasil pulang ke Gianyar dalam kondisi selamat. Namun demikian, Dek Sri mengaku masih trauma setiap kali mengenang suara dentuman bom. Bahkan sampai di rumah, Dek Sri belum berani mengendarai sepeda motor. Tangannya serasa masih bergetar, padahal semasa sekolah Dek Sri biasa naik sepeda motor. Meskipun tidak persis berada di titik konflik, dia mengatakan pernah melihat orang-orang bersenjata saling baku tembak. Suasana itu seolah membuat jantungnya seperti mau copot. 

Maka dari itulah, beberapa kali dirinya menyampaikan keinginannya untuk pulang, namun berkali-kali pula tidak digubris oleh bosnya karena kontrak kerjanya tertandatangani selama dua tahun. "Bos bilang gak apa-apa. Perang itu katanya sudah biasa di sana," ungkap Dek Sri saat dikunjungi oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Ketut Surya Adnyani bersama stakeholder terkait, Rabu (9/10). Namun baginya yang pertama kali mendengar ledakan bom, suasana tersebut dirasakan sangat mencekam.

Akhirnya dengan keberanian, Dek Sri dan dua rekannya melapor ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Lebanon agar bisa pulang. "Sejak 2 bulan lalu kami melapor ke KBRI minta pulang. Kita kan baru pertama kali mendengar bom, jadi kita ketakutan dan minta pulang," jelasnya. Beberapa waktu setelah laporan tersebut lah pihak KBRI menjemput Dek Sri dkk di Beirut. "Saat dijemput KBRI, bos tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya saya kemas-kemas untuk pulang," ujarnya. Namun, Dek Sri dkk tak bisa membawa banyak barang. Sebagian ditinggal di tempat kerja. 

"Yang terpenting bawa surat-surat, ada pakaian dan stok makanan yang masih di tempat kerja," jelasnya. Dek Sri bekerja sebagai spa terapis di wilayah Beirut ibukota Lebanon. Lulusan SMKN 1 Tampaksiring ini sudah bekerja selama 1,5 tahun. Dek Sri bermaksud untuk mengubah nasib menjadi lebih baik. Sebab ayahnya hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya mejejaitan. Awalnya, suasana tempat kerjanya biasa-biasa saja, meskipun berada di tengah negara-negara konflik Timur Tengah. 

Selama 1,5 tahun upah yang didapatkannya sesuai dengan perjanjian kontrak. Sehingga Dek Sri tidak pernah absen mengirim uang ke ibunya Ni Wayan Ariani,45. Uang hasil jerih payahnya digunakan untuk membayar utang dan menata rumah. Belum lama ini, uang kiriman tersebut dipakai untuk memasang batu sikat di halaman rumahnya. "Baru dipasang dua bulan lalu, dulu masih tanah kalau hujan pasti becek," ujarnya. Sementara penataan di rumahnya, Dek Sri di Lebanon mulai merasa tidak nyaman karena berkali-kali mendengar dentuman ledakan bom. 

Ni Kadek Sriari (tengah) menceritakan kisahnya saat berada di Lebanon. –NOVI ANTARI 

"Pertama kali lapor ke bos minta pulang nggak dikasih, karena dua bulan lalu masih banyak customer. Kayaknya mereka sudah terbiasa dengan suara ledakan. Tapi memang belakangan ini suasananya lebih mencekam, customer agak jarang," jelasnya. Akhirnya kini Dek Sri merasa lega bisa keluar dari suasana mencekam di tengah negara-negara konflik. Sementara itu, terkait kunjungan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali dan Gianyar merupakan bentuk kepedulian pemerintah kepada pekerja migrant Indonesia yang telah ikut menyumbang devisa untuk negara. Dalam kunjungannya, Kadisnaker Gianyar Ida Ayu Ketut Surya Adnyani mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan semua pihak terkait keberhasilan evakuasi pemulangan PMI asal Gianyar. “Dari informasi yang kami dapat dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali dan koordinasi yang dilakukan dengan Kementerian Luar Negeri. Salah satunya juga ada warga dari Gianyar,” kata Dayu Surya.

Hal tersebut sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. “Atas dasar koordinasi yang begitu intens, sehingga kemarin warga kami sudah tiba di Bali dengan selamat,” ungkapnya. Di sisi lain, dirinya juga mewanti-wanti kepada kepala desa agar lebih berhati-hati memberikan rekomendasi bagi Calon pekerja migrant Indonesia. “Karena ujung tombaknya ada di desa, kami titip ke depannya kalau ada yang minta rekomendasi warga yang ingin bekerja keluar negeri, mohon berhati-hati lagi. Kalau tidak tahu, bisa kontak kami di Disnaker melalui layanan terpadu satu atap terkait dokumen Calon PMI,” lanjutnya. Hal ini, sejalan dengan Perda Kabupaten Gianyar Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Pelindungan Pekerja Migran Krama Gianyar.

Karena situasi masih konflik, Dayu Surya menyarankan Sri menetap dulu di Bali, kerja sementara di Bali. "Ke depan jika ingin kerja kembali ke negara lain, pertimbangkan negara yang aman," pintanya. Seperti diberitakan, sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) asal Bali turut terjebak di tengah negara-negara konflik Timur Tengah. Terbaru, tiga orang berhasil dipulangkan ke Tanah Air dari Lebanon. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menjemput tiga krama yang telah tiba di Jakarta itu. Ketiga WNI tersebut, yakni Ni Kadek Sriari asal Tampaksiring, Gianyar, Ketut Septiani asal Sawan, Buleleng, dan Ni Luh Suarnadi asal Gitgit, Buleleng.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Made Indra, turut langsung menjemput tiga WNI asal Bali yang tiba di Kantor Badan Penghubung Provinsi Bali di Jakarta, Selasa (8/10). Mereka diketahui bekerja sebagai terapis spa. Ketiga WNI tersebut sebelumnya diserahkan oleh Kementerian Luar Negeri melalui Kemendagri kepada Pemerintah Provinsi Bali. Pemerintah Indonesia telah menjemput para WNI dari Lebanon dan membawa mereka ke Jakarta, dari sana mereka kemudian dipulangkan ke daerah asal masing-masing dengan fasilitasi pemerintah daerah. 7 nvi
Read Entire Article