Konsumen Optimistis dengan Perekonomian Bali

1 month ago 3
ARTICLE AD BOX
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menyampaikan  meningkatnya Keyakinan Konsumen di Bali pada September 2024 ditopang  capaian Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).

“Meningkatnya IKE dipengaruhi  seluruh komponen pembentuknya, terutama pada Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama Saat Ini dibandingkan 6 bulan lalu,”jelas Erwin Soeriadimadja.

Dijelaskan IKE yang tumbuh 7,1% dari 119,5 menjadi sebesar 128,0 dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini dibandingkan 6 bulan lalu yang tumbuh 2,8% dari 144,0 menjadi 148,0.

Selain itu, keyakinan konsumen terdorong IEK yang meningkat dari 145,5 menjadi 153,7 atau naik 5,6% (mtm).

Hal ini disebabkan  komponen pembentuk IEK yakni Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan mendatang yang tercatat meningkat 8,0% (mtm) menjadi sebesar 154,5, Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 bulan mendatang meningkat 7,0% menjadi sebesar 161,5, dan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan mendatang yang tumbuh 1,8% (mtm) menjadi sebesar 145,0.

Ekspektasi konsumen yang tetap terjaga di masa mendatang berpotensi mempengaruhi perkembangan konsumsi rumah tangga ke depan, perkembangan investasi, meningkatnya produktivitas dan daya saing,

“Serta membuka peluang mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang tetap kuat,” kata Erwin Soeriadimadja.

Tegas Erwin Soeriadimadja  hal tersebut  tetap perlu diiringi dengan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat.

”Untuk itu, Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi Bali melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota se-Bali senantiasa berkoordinasi erat,” ujarnya.

Koordinasi tersebut   dalam rangka mengawal stabilitas pasokan dan harga komoditas guna menjaga tingkat inflasi Provinsi Bali tetap pada rentang kisaran target 2,5%±1%.

Selain itu, perlu upaya menjaga daya beli petani dengan mendorong terciptanya ekosistem pangan terintegrasi yang melibatkan Perumda sebagai offtaker untuk menjaga stabilitas harga, dengan margin harga di tingkat petani dan konsumen yang lebih berimbang. k17
Read Entire Article